Sabtu, 23 Juni 2012

Kisah Hadirnya Malaikat Maut Pada Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW

Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa ia berkata: Ketika ajal Rasulullah SAW sudah dekat, baginda mengumpul kami di rumah Siti Aisyah ra. Kemudian baginda memandang kami sambil berlinangan air matanya, lalu bersabda:
“Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah.”
Allah berfirman: “Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat. Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa.”
Kemudian kami bertanya:
“Bilakah ajal baginda ya Rasulullah?”
Baginda menjawab:
“Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyi la’ la.”
Kami bertanya lagi:
“Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab: “Salah seorang ahli bait.”
Kami bertanya:
“Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?”
Baginda menjawab:
“Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”
Kami bertanya:
“Siapakah yang menshalatkan baginda di antara kami?”
Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis. Kemudian baginda bersabda:
“Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama menshalatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah anda dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula shalat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua.”
Semenjak hari itulah Rasulullah SAW bertambah sakitnya, yang ditanggungnya selama 18 hari, setiap hari ramai yang mengunjungi baginda, sampailah datangnya hari Senin, di saat baginda menghembus nafas yang terakhir. Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah ra. selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah SAW, kemudian memberi salam:
“Assalamualaikum ya Rasulullah?”
Kemudian ia berkata lagi:
“Assolah yarhamukallah.”
Fatimah menjawab:
“Rasulullah dalam keadaan sakit?”
Maka kembalilah Bilal ke dalam masjid, ketika bumi terang disinari matahari siang, Bilal datang lagi ke tempat Rasulullah, lalu ia berkata seperti perkataan yang tadi. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan menyuruh ia masuk. Setelah Bilal bin Rabah masuk, Rasulullah SAW bersabda:
“Saya sekarang dalam keadaan sakit, Wahai Bilal, kamu perintahkan saja agar Abu Bakar menjadi imam dalam solat.”
Maka keluarlah Bilal sambil meletakkan tangan di atas kepalanya sambil berkata:
“Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?”
Kemudian ia memasuki masjid dan berkata kepada Abu Bakar ra. agar beliau menjadi imam dalam solat tersebut. Ketika Abu Bakar ra. melihat ke tempat Rasulullah SAW yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, ia tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu ia menjerit dan akhirnya ia pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi ribut sehingga terdengar oleh Rasulullah SAW. Baginda bertanya:
“Wahai Fatimah, suara apakah yang ribut itu?”
Fatimah rha. menjawab:
“Orang-orang menjadi ribut dan bingung kerana Rasulullah SAW tidak ada bersama mereka.”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan ibnu Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda solat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda:
“Ya ma’aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, kerana aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini.”

Malaikat Maut Datang Bertamu

detik detik wafatnya Rasulullah SAW Kisah Hadirnya Malaikat Maut Pada Detik detik Wafatnya Rasulullah SAWmakam Rasulullah SAW
Pada hari esoknya, yaitu pada hari Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja. Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata:
“Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!”
Fatimah rha berkata kepada tamunya itu:
“Wahai Abdullah (Hamba Allah), Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit.”
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi:
“Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?”
Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah:
“Siapakah yang ada di muka pintu itu?”
Fatimah menjawab:
“Seorang lelaki memanggil ayah, saya katakan kepadanya bahwa ayahanda dalam keadaan sakit. Kemudian ia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma.”
Rasulullah SAW bersabda:
“Tahukah kamu siapakah dia?”
Fatimah menjawab:
“Tidak wahai baginda.”
Lalu Rasulullah SAW menjelaskan:
“Wahai Fatimah, ia adalah pengusir kelazatan, pemutus keinginan, pemisah jemaah dan yang meramaikan kubur.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
“Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan `Assalamualaika ya Rasulullah.”
Rasulullah SAW pun menjawab:
“Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?”
Malaikat Maut menjawab:
“Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang.”
Rasulullah SAW bertanya:
“Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? ”
“Saya tinggal ia di langit dunia?” Jawab Malaikat Maut.
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW:
“Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?”
Jibril menjawab:
“Ya, Wahai kekasih Allah.”
Seterusnya Rasulullah SAW bersabda:
“Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya?”
Jibril pun menjawab:
“Bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”
Baginda SAW bersabda:
“Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku?”
Jibril menjawab lagi: :
“Bahwa pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”
Baginda SAW bersabda lagi:
“Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? ”
Jibril menjawab: “Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
“Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?”
Jibril as bertanya:
“Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?”
Rasulullah SAW menjawab:
“Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”
Jibril menjawab:
“Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”
Maka berkatalah Rasulullah SAW:
“Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku?”
Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW. Ali ra bertanya:
“Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan baginda dan siapakah yang akan mengafaninya?
Rasulullah menjawab:” Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.”
Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata:
“Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”
Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya:
“Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku?”
Jibril menjawab: “Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?”
Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah SAW.

Kesedihan Sahabat

Berkata Anas ra: “Ketika aku melalui depan pintu rumah Aisyah ra aku dengar ia sedang menangis, sambil mengatakan:
“Wahai orang-orang yang tidak pernah memakai sutera. Wahai orang-orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum. Wahai orang yang telah memilih tikar dari singgahsana. Wahai orang yang jarang tidur di waktu malam kerana takut Neraka Sa’ir.”

Source : http://adehumaidi.com/pendidikan/kisah-hadirnya-malaikat-maut-pada-detik-detik-wafatnya-rasulullah-saw

Jawaban Allah atas setiap doa dan ikhtiar hambaNya


Keinginan dan harapan selalu menyertai kehidupan kita selama ini, tentunya untuk bisa menggapai keinginan dan harapan semuanya itu tidak bisa di lepaskan dari keterlibatan Allah dalam memberikan jawaban atas doa dan ikhtiar kita. Beragam cara yang di lakukan setiap hamba untuk bisa terus berikhtiar dan berdoa agar keinginan dan harapannya bisa tercapai. Sungguh didalam islam di ajarkan bahwa segala doa dan kesungguhan ikhtiar seorang hamba akan berbanding lurus dengan hasil yang di dapatkan. Tentunya untuk ranah hasil ini adalah bukan ranah kita sebagai hamba yang lemah, karena itu adalah ranahnya Allah dalam menentukan jawabannya untuk kita dari ikhtiar dan doa yang kita lakukan. Ranah kita ini adalah proses, proses dalam berusaha keras untuk bisa mencapai keinginan dan harapan kita pada Allah SWT.  
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, kamu pasti akan menemuinya," (QS al-Insyiqaq [84]: 6).

Ikhtiar yang kita lakukan juga tidak akan ada artinya jika tidak di sertai dengan doa, begitu juga dengan doa yang kita panjatkan, tidak adakan ada artinya jika kita tidak berikhtiar dan bertawakal. Semuanya saling berkaitan dan punya fungsi dalam kehidupan kita. Pentingnya kita berdoa adalah karena kita harus yakin bahwa Allah lah yang menentukan segala hasil dari setiap ikhtiar kita. Dan petingnya ikhtiar adalah karena sebagai bentuk total action agar kita bisa meraih keinginan dan harapan, karena ikhtiar itu adalah bergerak bukan diam dan butuhkan action yang rill dan sungguh sungguh, manjadda wajadda ( siapa yang bersungguh sungguh maka ia akan berhasil ). 

Ikhtiar dan doa yang kita panjatkan haruslah memiliki tujuan semata mata hanya karena ingin mendapatkan ridho Allah SWT. Sejatinya segala sesuatu yang kita inginkan dan harapkan dari Allah adalah agar keinginan dan harapan kita bisa menjadikan diri kita lebih dekat dan cinta kepada Allah SWT. Sebagaimana pesan dari ibn Athaillah dalam kitab alhikam : "Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasaanmu?.  Kita selalu mengharapkan dan menginginkan yang terbaik dari Allah, tetapi kita begitu jarang meminta dan berusaha untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Betapa banyak permintaan kita pada Allah tetapi kita sendiri lupa untuk memperbaiki diri kita. Maka sambil ikhtiar dan berdoa alangkah lebih baiknya lagi jika kita iringi dengan upaya untuk memperbaiki diri kita juga".

Sejenak kita merenungkan, apakah apa yang kita minta selama ini adalah sesuatu yang mampu menjadi medan magnet yang dapat mendekatkan diri kita pada Allah, atau malah menjauhkan diri kita dari Allah. Maka koreksilah setiap ikhtiar dan doa kita selama ini, bisa jadi Allah belum memberikan sesuatu yang kita inginkan dan harapkan karena ada yang salah dalam ikhtiar dan doa kita selama ini. Ingatlah bahwa Allah tidak pernah tidak memberikan jawaban atas setiap ikhtiar dan doa hambaNya. Tidak adanya jawaban menurut kita karena bisa jadi kita belum bisa menemukan jawaban yang sudah di berikan oleh Allah. Sungguh Allah memiliki skenario yang indah dalam memberikan jawaban atas setiap ikhtiar dan doa hambaNya melalui cara yang tidak di sangka sangka, bahkan di luar nalar logika kita. Ketidakmampuan kita dalam menemukan jawaban dari Allah SWT mungkin karena kita masih jauh dari Allah, maka mari kita renungkan pesan cinta yang sangat luar biasa dari Allah SWT :

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku," (QS Al-Baqarah 186). 

Jangan pernah merasa ragu dan lelah dalam berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT. Allah selalu menyaksikan setiap episode yang kita lalui. Allah tahu apa yang kita minta, Allah tahu apa yang kita inginkan, Allah tahu apa yang kita harapkan, Maka hal terbaik yang seharusnya kita minta dari Allah adalah agar Allah memberikan jawaban yang terbaik menurut Allah, bukan menurut kita. Bisa jadi apa yang kita minta menurut kita itu adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu bagi Allah, bisa jadi apa yang kita minta adalah sesuatu yang menurut Allah tidak baik, sehingga Allah memiliki jawaban yang lain untuk kita. 

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.." (Qs.Al-Baqarah:216)

Sertakan selalu hati dan prasangka yang baik agar Allah membukakan hati kita untuk bisa menangkap jawaban dari setiap ikhiar dan doa yang kita minta kepada Allah. Kesungguh sungguhan kita tidak akan pernah sia sia di hadapan Allah. Jangan pernah berprasangka Allah tidak akan menjawab setiap doa dan ikhtiar kita, yakinlah bahwa Allah punya rencana lain di balik rencana yang kita siapkan. 

Simak Hadis Qudsy berikut, Anaa 'inda zhanni 'abdi bih, wa Ana ma'aka idza da'awtani, "Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku tentang Aku. Dan aku bersamamu jika memohon kepada-Ku."

Wallahualam bisawab,

Gunawan Alfarizi

13 Juni 2012
 
 
Source: http://gunawan-alfarizi.blogspot.com/

Jumat, 15 Juni 2012

Could it be love

Kau datang dan jantungku berdegup kencang
Kau buatku terbang melayang
Tiada ku sangka getaran ini ada
Saat jumpa yang pertama
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Mataku tak dapat terlepas darimu
Perhatikan setiap tingkahmu
Tertawa pada setiap candamu
Saat jumpa yang pertama

Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had
 Could it be love

Mataku tak dapat terlepas darimu
Perhatikan setiap tingkahmu
Tertawa pada setiap candamu
Saat jumpa yang pertama

Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had

Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had

Oh mungkinkah ini cinta

Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had

Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had

Keabadian

kau bisikkan kata cinta kepadaku setiap waktu
kau pasti takkan tinggalkanku selalu bersama

mungkinkah kau mencintai diriku selama lamanya
hingga maut memisahkan
bukan hanya cinta yang sesaat terus menghilang
bila hasrat telah usai

bukan berarti aku tak percaya akan kesungguhanmu
tapi perihku dimasa yang lalu belum juga hilang
selalu membayangi

mungkinkah terwujud keabadian
uuh...bila hasrat t'lah usai