Murtakibudz Dzunub - Untuk hatiku yang sedang bersedih. Juga buat hatimu yang sedang bersedih.
"mari kita bersama menikmati kesedihan ini..."
Ikhwan... seperti inikah rasa bersedih..?
Seolah
semua apa yang dipandang mata sudah tidak ada yang menarik lagi,
kelezatan yang dikecap sudah tak terasa nikmat lagi, semua terasa
hambar, gelap gulita, karena yang dirasa hanyalah tangisan hati juga
tangisan mata.
Untuk aku dan dirimu yang saat ini sedang dalam kedukaan...
Mungkin
saat ini kita termasuk yang paling tahu bagaimana proses terciptanya
airmata, ibarat mendung, gemuruh hati yang sedang bergetar tak ubahnya
halilintar. Ia begitu hebat menyayat yang menimbulkan kilat yang teramat
sakit.
Sahabat... mari kita nikmati kesedihan ini.
Coba
kita tengok sawah ladang amal kita yang semakin kekeringan, juga rumput
liar kemaksiatan yang kian menjalar, bukan kah kini sudah saatnya kita
meminta hujan kepada Tuhan? Bukankah kini memang waktu yang tepat untuk
mengambil sabit keinsyafan?
Sahabat....
sudah saatnya kita menerima penuh rasa syukur atas hujan tangis ini,
supaya kebun-kebun kebijakan bisa kita namani lagi. Anggaplah kita
kembali kemasa kanak-kanak dulu yang girangnya bukan main saat bermain
dengan air hujan.
Saat
itu kita tidak peduli, orang lain memandang jorok karena kita memang
suka bahwa bermain lumpur itu hal yang mengasyikkan. Hingga ahirnya ibu
kita yang menyeret ke bak mandi untuk dibersihkan. Bagaimana perasaan
kita waktu itu? pasti sedih dan nangis kan? Namun setelah itu, kita jadi
bersih kembali dan tentunya semakin rupawan dan elok.
Sahabat... seperti itulah caraku menikmati kesedihan.
Aku
tidak akan melewatkan saat-saat menangis, karena bagiku ada moment
spesial untukku buat Tuhanku saat itu, karena aku merasa semakin dekat
dengan-Nya.
Ku nikmati saat hatiku menggelegar penuh rintih
Ku nikmati setiap proses jatuhnya airmata
Ku nikmati ketika dua pipi ini dilewati tetesan air bening nan murni yang bersumber dari hati
Ahhh... ternyata seperti itu rasanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar